Sabtu, 26 Februari 2011

FENOMENA “PENGOBATAN ALA RASULULLAH”

Ini ada Tanya & Jawab menarik di Milis, tidak ada salahnya bila kita ikut memberikan kepedulian dalam bentuk pandangan yang ilmiyah atau sekedar sharing untuk menambah kekayaan wawasan kita dalam menyikapi hidup dan kehidupan.
From: ……..
To: Tahajud-community@yahoogroups.com
Sent: Sunday, March 1, 2009 1:40:32 AM
Subject: [Tahajud-community] Fwd: Pengobatan Ala Rasulullah
Mohon maaf, saya memforward pertanyaan salah satu teman di milis yang saya ikuti. Saya  tertarik dengan pertanyaannya yang kritis. Saya juga ingin mendengar tanggapan teman2 di TC, mungkin ada yang bisa mencerahkan pertanyaan beliau ini? :
Mohon maaf ya ikhwan dan ukhti, saya anggota baru di milis ini,
Saya ingin tanya sesuatu hal berkaitan dengan materi pengajian di kampung saya malam ini. Dalam suatu sessi tanya jawab, ustadz di pengajian ini membahas tentang fenomena yang saat ini berkembang, yakni metode pengobatan ala Rasulullah. Beliau bilang bahwa fenomena yang merebak belakangan ini dimana banyak yang mengiklankan metode pengobatan ala Rasulullah dengan menggunakan bekam, madu, jinten hitam dan lainnya itu sebagai kesalahan paradigma dalam memahami suatu ayat atau hadits. Saya agak terusik dengan statemen itu lalu saya tanya, “Lho, bukannya itu emang ada haditsnya, ya ustadz? Bukankah kalo ada haditsnya, berarti emang Rasulullah telah mendapatkan tuntunan dari Allah tentang metode pengobatan itu ?”.
Saya agak kaget mendengar Ustadz itu menjawab,”Apakah anda akan mengatakan bahwa Nabi Muhammad diutus ke dunia untuk menjadi dokter?”. Saya menjawab,”Tentu saja tidak, ya ustadz, tapi apa salahnya kita menggunakan metode beliau untuk mengobati sesuatu penyakit? Kemaren saya lakukan bekam dan terus terang habis itu badan saya emang segar”.
Beliau menjawab,”Salah sih enggak. Cuman aneh saja. Karena ini kita bicara soal teknologi kedokteran. Jaman Rasulullah gak mungkin Rasulullah membuat suntik, rontgen, infus, operasi, dan lain sebagainya kepada pasien. Karena emang teknologi pada waktu itu masih sangat tradisional dan belum sampai pada level seperti saat ini. Ini sama saja dengan saat ini kita udah menggunakan roket, pesawat dan jet lantas dibandingkan dengan kendaraan unta atau kuda yang digunakan pada jaman itu, begitu lanjut ustadz.
Saya masih penasaran lalu bertanya lagi,”Maafkan saya, Ustadz. Setahu saya dalam riwayat-riwayat yang pernah saya dengar, bukankah Rasulullah selama hidupnya baru sakit selama 2 kali, yakni waktu perang uhud dan waktu menjelang wafatnya. Artinya itu kan menandakan bahwa metode pengobatan Rasulullah itu emang sahih”.
Beliau menjawab,”Saya kira ini bukan soal sahih enggaknya. Jaman dulu belum ada penyakit kanker, stroke, jantung dan lain sebagainya. Kenapa? Karena belum banyak polusi, belum ada unsur2 kimiawi dalam makanan dan lain sebagainya. Jangankan jaman Rasulullah. Orang yang hidup di gunung saja umurnya bisa lebih lama dibandingkan dengan mereka yang tinggal di kota. Dan mereka yang tinggal di gunung juga jarang opname di rumah sakit karena emang gak ada rumah sakit.
Lalu gimana dengan banyak kalangan yang menawarkan pengobatan alternatif metode Rasulullah itu Pak? Begitu pertanyaan saya terakhir. Kata beliau, bukan gimana-gimana. Mereka sah-sah saja untuk berpromosi. Tapi janganlah mempergunakan sesuatu ayat dengan tujuan untuk motif dagang, karena itu sama saja dengan memperdagangkan ayat. Kalaupun tidak bermaksud memperdagangkan ayat, menurut saya itu kesalahan paradigma berpikir dalam memahami ayat.
Wah, saya benar-benar dalam bingung mendengar pendapat ustadz ini. Karena kebingungan itulah maka hal ini saya lempar ke milis ini untuk mendapatkan masukan dari teman-teman.
Terima kasih sebelumnya atas masukan ikhwan ukhti sekalian untuk mengurangi kebingungan saya ini.
Jawaban:
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Sebelumnya saya mohon maaf bila tanggapan saya salah.
Dari cerita Mas Taufiq tersebut, saya sepakat yang ini: “Tapi janganlah mempergunakan sesuatu ayat dengan tujuan untuk motif dagang, karena itu sama saja dengan memperdagangkan ayat”. Namun ada lagi yang lebih memalukan dan lebih membahayakan bagi kemurnian akidah Islamiyah, yaitu pengobatan mempergunakan merek “Ala Rasulullah” padahal tujuannya supaya orang datang berobat di tempat itu. Ini berarti menjual kebesaran nama Rasululloh untuk kepentingan uang recehan.
Betapa sangat na’if jika kebesaran Nama Rasulullah SAW itu hanya dijadikan merek dagang untuk sekedar mendapatkan uang kecil. Barangkali kalau mereka menggunakan istilah pengobatan Islami, saya kira itu lebih halus, meski itu juga berarti menjual Islam untuk tujuan komersil yang akan berdampak membahayakan bagi dirinya sendiri baik di dunia maupun di akhirat.
Orang-orang yang gampang menjual kebesaran Islam untuk tujuan komersial, semisal mengatasnamakan syari’at, seperti “BANK SYARI’AT, Ruqyah syar’iyah, BMT-BMT yang dengan simbol Islami, seperti BMT Ben Takwah dll yang semuanya itu belakangan ini lagi marak di mana-mana bagai jamur di musim penghujan, terlebih lagi dengan menyebut “Ala Rasululloh” (Pengobatan Ala Rasululloh), jika pelakunya tidak menggunakan akhlak Rasul/Islami, bisa-bisa mereka itu malah cenderung terjebak dalam perbuatan munafik. Dalam arti berwajah ganda, mukanya cantik tapi dalamnya busuk.
Jika itu benar, maka inilah pertanda yang menujukkan bahwa belakangan ini iman teman-teman kita itu memang hanya untuk dijadikan penutup muka saja sedangkan rongga dada mereka penuh dengan kemunafikan, bahkan yang lebih parah lagi, menjual iman dan kebesaran nabinya hanya untuk mendapatkan penghasilan duniawi/uang recehan.
Jika hal seperti ini kita biarkan terus berjalan tanpa ada peringatan dari kita sendiri, maka jangan salahkan lagi jika dalam waktu dekat akan bermunculan tempat kemaksiatan yang menggunakan lambang Islami, semisal ‘discotik syariyah’ atau klab malam berlambangkan Islami atau syar’iyah. Wal Iyadzu Billah. (http://ponpesalfithrahgp.wordpresscom)
Bagaimana menurut pendapat teman-teman….???
(malfiali, maret 2009)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar